Kisah Nyata Sisi Gelap Hidup di Jakarta

sisi gelap jakarta

Cerita dibawah ini menceritakan sisi gelap Jakarta yang saya ambil dari tulisan Akun Quora Bernama Natalie, beliau membagikan kisahnya disebuah pertanyaan Quora berjudul “Apa sisi gelap hidup di jakarta”

“Aku akan sharing (lagi) sebab sepertinya cukup banyak yang aku tau tentang kota kelahiran aku yang besar ini. Dan… sepertinya cukup banyak pula yang aku ketahui tentang sisi gelap hidup di Jakarta yang dirasakan sendiri oleh temanku.

Sebelumnya, aku mau bilang bahwa biaya hidup di Jakarta sesungguhnya cukup dengan gaji UMR. Tinggal di kost/kontrakan non AC 3×3 meter, kendaraan menggunakan moda transportasi umum, & makan sehari-hari di warteg terdekat atau masak sendiri untuk versi hematnya.

Tanpa wi-fi pribadi & TV. Tanpa menggenggam cup Starbucks. Tanpa menghirup udara segar Plaza Indonesia.

Tapi, untuk biaya hidup enak di Jakarta butuh lebih dari itu. Jauh sekali.

Kisah Seorang Gadis Dari Kota Kecil

Panggil saja Gina. Mahasiswi Fakultas Undang-undang di salah satu Universitas Big 5 di Indonesia. Kuliahnya memang bukan di Jakarta, peraturan ‘hidupnya’ di Jakarta.

Gina sangat cantik. Darah Pakistan mengalir deras di dalam dirinya. Tubuhnya lean, putih, mulus dengan tinggi semampai. Modal yang mumpuni. Gina sendiri sebenarnya berasal dari sebuah kota kecil dengan kelas sosial menengah. Bahkan Gina sudah mengendarai kendaraan pribadi mobil sejak SMP. Jadi, sudah terbayang ya status sosialnya di sana? Mapan.

Dugem jakarta

Ketika Gina keluar dari kota itu untuk menimba ilmu di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Top di Indonesia, Gina mulai sadar daftar sbobet bahwa ternyata biaya (gaya) hidup di Jakarta itu sangatlah mahal. Ayahnya bisa mem-provide gaya hidupnya di kota kecil itu, tapi tidak dengan Kota Jakarta.

Mari kita buat checklist hidup Gina di Jakarta:

  • Daerah Tinggal? Check.
  • Empat? Check.
  • Duit? Check.
  • Tampang? Check.
  • Media sosial ber-followers banyak? Check.

Jika kita lihat lagi, Sebetulnya itu sudah cukup untuk Gina hidup enak & nyaman di Jakarta. Tapi ketika Gina melihat sekelilingnya, Ternyata di Jakarta (dan di Instagram orang-orang Jakarta, tentunya) banyak sekali yang lebih mentereng dari dirinya. She’s a small fish in a big pond, now.

Gina yang tinggal di kos-kosan, tiba-tiba sudah menghuni sebuah apartemen. Gina yang sebelumnya punya Honda CR-V keluaran aku dijaman SMA, mendadak mengendarai sebuah Lexus RX 300.

Gina yang punya tabungan cukup untuk jajan, mendadak ingin menggesek sebuah credit card dengan limit yang banyak. Gina yang sudah sangat cantik walau tanpa bedak, mendadak rajin pergi ke klinik kecantikan ahli vermak wajah.

Dan, Gina yang feeds Instagram-nya selama ini hanya berisi foto selfie, mendadak ingin feeds Instagram yang banyak foto liburan ala selebgram travel blogger.

Betul, Jakarta menawarkan segudang kemudahan bagi penduduknya — yang mampu. Sekaligus juga Jakarta menawarkan cara gampang untuk mencapai kemudahan itu sendiri; bagi penduduknya — yang mau tapi belum sanggup.

Gina menghabiskan hampir setiap malam untuk ‘bersosialisasi’ dan clubbing di club-club hits di Jakarta & tak lupa open table untuk kawan-kawan udiknya yang panjat sosial.

Terakhir bertemu dengan dia, tampilan Gina seperti sosialita kelas wahid. Aku taksir, dari ujung kepala hingga ujung kaki bernilai sekitar Rp500.000.000; mengingat ada iPhone XS, Chanel, Louis Vuitton, Bottega Veneta, & Rolex sampai manis pada dirinya.

kehidupan di jakarta

Gina kembali ke kediamannya di Menteng Bintaro bersama dengan Lexus RX 300 yang sangat gagah dengan plat nomor kombinasi angka yang mirip namanya.

Dia sempat memberitahuku bahwa dia menggunakan produk make up (mulai dari face primer sampai face setting spray) dari Chanel, Dior, Kat Von D, Urban Decay, Shu Uemura, Anastasia Beverly Hills, beserta jajarannya. Cukup mengejutkan, mengingat ketika kami masih sama-sama sekolah, dia menganggap lipbalm L’Occitane yang aku beli itu keren.

Dan Apa kabar Instagram miliknya? Foto selfie alay lenyap kini berganti dengan foto-foto dirinya yang sedang plesiran di Gurun Sahara, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Switzerland, Cappadocia, termasuk segera negara di Eropa, & Alaska di Kutub Utara.

Menginap di sebuah kamar Presidential Suite salah satu Hotel Bintang 5 dengan fasilitas kolam renang di dalam kamar. Padahal, dulu paling jauh ke Malaysia itupun hanya sekali. Dan sekarang dia pergi berkeliling dunia secara nonstop selama 2 tahun terakhir ini. Catat ya, nonstop.

Semuanya ini tentu berbanding terbalik dengan kakaknya yang baru saja menikah secara sederhana di salah satu Aula Mesjid di kampungnya.

Bayangkan.

Memang inilah sisi gelap Jakarta.

Di Jakarta, orang wajib kelihatan ‘mahal’ untuk bisa dipandang, dihormati, & pindah ke kelas sosial atas. setelah berada di sana, barulah orang itu akan dinomor satukan di public places atau hal yang demikian di (lagi-lagi) lingkaran pertemanan orang itu sendiri.

Agar bisa berada di kelas A, Gina mau menjadi pacar kepala suatu instansi (yang segera aku sebutkan namanya akan menggemparkan Indonesia) dan menjadi simpanan salah satu Pengusaha Batu Bara di Kalimantan.

Bahkan dia diberikan sebuah jabatan prestisius: Komisaris. Lucunya, saat itu Gina belum lulus. Dia lebih tua dari aku tapi aku duluan yang memakai toga. Tapi dia duluan yang menjadi Komisaris di Perusahaan Tambang. How fun.

Langkah yang sungguh berani, Gina.

Ini aku tulis sebagai penghargaan dariku untukmu berupa true story yang aku bagikan kepada rekan-rekan terbaikku di Quora.

Moral of this story:

Jakarta itu tergantung dari cara kita menghadapinya; sadar siapa kita & berkeinginan jadi apa kita.

Sisi gelap Jakarta dengan tangan terbuka selalu menerima siapa saja yang bersedia menukar harkat & martabat sebagai tiket masuknya.

Semua yang Anda lihat di kehidupan nyata & di dalam social media, terkadang hanyalah sebuah kepalsuan yang sudah di-filter sampai sempurna. Kita tak pernah tahu, apa yang harus ditukar seseorang demi mendapatkan apa yang ada pada dirinya sekarang.

Harga diri ciptaan Tuhan yang paling luhur semestinya tidak senilai clutch cantik seri fall/winter dari Fendi, bukan?

*Nah itulah true story dari Gina, seorang mahasiswi salah satu PTN ternama di Indonesia, semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran bagi kita.

*Baca Juga : 5 Hikmah Yang Bisa Kita Ambil dari Kerasnya Hidup di Jakarta

Sumber : https://id.quora.com/Apa-sisi-gelap-hidup-di-Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *